Sumber buku :
Immanuel
kant
Kritik
Atas Akal Budi Praktis
Penenerbit
Pustaka Pelajar 2005
Kehidupan memerlukan
kebenaran. Kebenaran tidak dapat seluruhnya diperoleh dengan indra dan akal.
indra dan akal itu terbatas kemampuannya. Ada kebeneran yang diperlukan, dan
hanya mungkin diperoleh dengan hati atau iman. Sampai sekarang masih banyak
orang beranggapan bahwa semua kebenaran dapat diperoleh dengan indra dan akal,
dengan metode sain dan filsafat. Kant menjelaskan bahwa sains terbatas, bila ia
memasukan daerah noumena, ia akan tersesat dalam antinomi. Filsafat
punterbatas, bila ia memasukan daerah noumena, ia akan tersesat dalam
paralogisme. Daerah noumena itu hanya mungkin dimasuki oleh akal praktis.
Menurut kant tentang moral
adalah kata hati, suara hati, perasaan, suatu prinsip yang a priori, absolut.
Ia merupakan suatu relitas yang amat mengherankan dalam diri manusia, persaan
yang tidak dapat dielakan, menentukan ini benar atau salah. Kata hati itu
memerintah. Perintah itu ialah perintah untuk berbuat sesuai dengan keinginan
universal, yaitu suatu hukum kewajaran. Apa itu ? hukum kewajaran itu adalah
hukum universal. Kita mengetahuinya bukan karena memikirkannya, melainkan
dengan perasaan tiba-tiba
Suatu tindakan itu baik
buakn karena tindakan tersebut menghasilkan hasil yang baik atau menguntungkan,
atau karena tindakan itu bijak. Tindakan dilakukan karena merupakan kepatuhan
kepade perintah kalbu, hukum moral yang baku yang bukan datang dari pengalaman
indrawi. Ya begitu saja ada di dalam hati dan dan a priori terhadap seluruh
tindakan kita dahulu, sekarang sekarang, yang akan datang. Satu-satunya
kebaikan di dunia ini iyalah kemauaan yang baik, kemauaan yang mengikuti hukum
moral tadi, tanpa memperhitungkan untung atau rugi bagi diri kita atau bagi
orang lain. Jangan lah memperhatikan kebahagiaan anda, lakukan saja kewajiban
anda . moralitas bukanlah dotrin tentang bagaimana kita mencapai kebahagiaan,
melainkan bagaimana kita dapat membuat diri kita layak berbahagia. Untuk
mencapai kesempurnaan diri dankebaghagian pada orang orang lain, berbualah sebagaimana perbuatan kemanusiaan, jangan peduli apakah
itu untuk diri sendiri atau untuk orang lain. Berbuat itu merupakan tujuan,
bukan alat. Ini juga, sebagai mana langsung kita rasakan, adalah rasa yang
imperatif. Marilah kita hidup-hidupkan prinsip ini, untuk menciptakan manusia
yang ideal.
Kita tahu bahwa harus
melakukannya. Bagaimana kebaikan itu di tegakkan bila keadannya tidak demikian
di dalam hati? Bila tidak demikian, maka kehidupan yang sebentar ini hanya akan
seperti mimpi. Akan tetapi dengan cara begitu, dalam kehidupan kedua kita akan
memperoleh perhitungan yang adil.
Dengan cara begitu pula
dibukikan bahwa tuhan itu ada. Bika kita mnyedari ada tugas. Balasan setiap
perbuatan akan datang, maka imortalitas (keabadia) jiwa dan adanya tuhan dapat
ditegakkan. Ini semua tidak dapat dibuktikan dengan menggunakan akal teoritis.
Pengalaman moral harus di dahulukan. Akal teoritis hanya bekerja pada daerah
pengalaman empiris, daerah indra, daerah fenomena
Kant mengakui bahwa
keeraturan itu memang ada bila objek dilihat secara keseluruhan. Akan tetapi,
itu pun tidak kuat dijadikan bukti adanya sang pengatur. Tuhan itu tidak dapat
dibuktikan adanya dengan akal teoritis
Karena akal teoritis (logis)
tidak dapat dijadikan dasar agama, maka kitab suci harus di pahami sesuai
dengan nilainya bagi moral, tetapi kitab suci tidak bisa di jadikan penilaiaan
moral
Penemuaan kant yang penting
ialah bahwa dunia luar itu kita ketahui hanyak dengan sensasi, dan jiwa bukan
sekedal tabula rasa, jiwa itu alat yang positif, memiliki dan merekontruksi
hasil sensai yang masuk . itu di kerjakan oleh jiwa dengan menggunakan
kategori. Akan tetapi, apakan kategori itu bawaan (innate), ada sebelum
pengalaman ? mungkin demikian pada individu.
Rekontruksi filsafat kant
ini tidaklah mesti dianggap serius. Suatu kegairahan yang terdapat di dalam
religion within the limits of pure reason membangkitkan rasa ingin tahu. Dan
usaha untuk mengganti basis agama dari teologi (rasional) ke moral, dari
keyakinan ke tindakan, hanya dapat datang dari suatu kedalaman jiwa keagamaan.
Buku critique dikatakan
sebagai dogamtis sebagai suatu usaha seorang skeptis yang yakin pada kepastian
sains, yang tak lain ingin menegakkan dogmatisme baru di bawah reruntuhan
sistem dogmatisme yang lama dengan cara mengganti dasar sejarah agama, ingin
menengakkan naturalisme tanpa polemik, oleh seorang idealis yang mengguakan
prinsip-prinsip materialisme.
Cukup menarik, bisa saya lebih banyak berdiskusi dengan anda ?
BalasHapus