Sumber buku :
Drs.
Surajiyo, Drs sugeng Astanto, Dra. Sri Andiani
Dasar
Dasar Logika
BUMI
AKSARA, Jakarta. 2007
A.
Pengertian logika
Filsafat tidak memberikan
jawaban atas pemecahan persoalan filsafat dengan suatu jawaban yang dapat di
uji kebenarannya dengan metode empiris atau yang dapat dibuktikan dengan
pengujuan-pengujian eksperimental. Pemecahan terhadap persoalan filsafat hanya
dapat dilakukan malalui pemikiran yang sungguh-sungguh dan mendalam. Meskipun
demikian, jawaban yang diajukan haruslah dengan perbincangan yang masuk akal.
Dengan kata lain, keberlangsungan filsafat harus didukung dengan adanya
penalaran dan perbincangan. Semua tema ini dibicarakan dalam logika.
Perkataan logika diturunkan
dari kata sifat logike, bahasa
yunani, yang berhubungan dengan kata benda logos,
berarti pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran. Hal ini
membuktikan bahwa ternyata ada hubungan yang erat antara pikiran dan perkataan
yang merupakan pernyataan dalam bahasa.
Nama logika pertama kali
muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 SM), tetapi dalam seni berdebat. Alexander
Aphrodisias (permulaan abad ke-3 M) adalah orang pertama yang mempergunakan
kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita (K.
Bertens, 1975, hlm. 137-138)
B.
Objek logika
Objek adalah sesuatu yang
merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Yang dibedakan
menjadi dua yaitu objek material dan objek formal
Lapangan dalam logika adalah
asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat
berpikir lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.
Berpikir adalah objek
material logika. Yang dimaksudkan berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal
budi manusia. Dengan berpikir manusia mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang
telah diperolehnya. Dengan
mengolah
dan mengerjakan ini terjadi engan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan
serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Dalam
logika berpikir dibandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena
itu, berpikir lurus dan tepat merupakan objek formal logika.
C.
Guna dan manfaat logika
Ada beberapa kegunaan
logika, yaitu dengan belajar logika dapat:
·
Membantu setiap orang yang mempelajari logika
untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertb, metodis, dan
koheren
·
Meningkatkan kemampuan berpikir secara
abstrak, cermat, dan objektif
·
Menambah kecerdasan dan meningkatkan
kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri
·
Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari
kekeliruan serta kesesatan. (Jan Hendrik Rapar, 1996)
Di samping kegunaaan di
atas, logika juga dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Dari segi
kemanfaatan teoritis, logika sebagai ilmu banyak menjadikan dalil-dalil, hukum
berpikir logis, dengan demikian logika mengajarkan tentang berpikir yang
seharusnya. Dalam arti ini, logika adalah ilmu normatif, karena logika
membicarakan tentang berpikir sebagaimana seharusnya bukan membicarakan tentang
berpikir sebagaimana adanya dalam ilmu-ilmu positif, seperti fisika, psikologi,
dan sebagainya. Dengan berpikir sebagaimana seharusnya, ini berarti logika
memberikan syarat-syarat tentang apa yang harus di penuhi dalam berpikir untuk
mencapai gagasan tentang kebenaran.
D.
Hubungan logika dan psikologi
Dalam psikologi
membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman malalui proses subjektif
di dalam jiwa. Dengan demikian, psikologi memberikan keterangan mengenai
sejarah perkembangan berpikir. Logika sebagai cabang filsafat bertujuan
membimbing akal untuk berpikir (bagaimana seharusnya). Untuk dapat berpikir
sebagaimana seharusnya, kita terlebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana
manusia itu berpikir. Di sinilah letak hubungan antara psikologi dan logika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar