1. Teori Nativisme ( Teori yang Berorientasi
pada Biologi )[4]
Aliran nativisme berasal dari kata natus
(lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia)
sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran
nativisme ini, bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan
dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain
bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu
semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau
ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa
bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena
itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak
lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh
anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan
yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan
pembawaan anak didik tidak akan berguna
untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya
sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka
dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia
menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat
dirubah dari kekuatan luar.
2. Teori Empirisme ( Teori Lingkungan )[5]
Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran
nativisme. Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan
atau potensinya di bawah lahir manusia. Dengan kata lain bahwa anak manusia itu
lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa.
Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar
pengaruhnya pada faktor lingkungan.
4.Dimensi yang di
kembangkan oleh individu
1. Dimensi
keindividualan
mengartikan
individu sebagagai orang seorang, sesutau yang merupakan sutau keutuhan yang
tidak dapat dibagi-bagi.artinya individu harus menyadari kempuan dirinya
sendiri.
2. Dimensi kesosialan
Setiap bayi yang dikaruniai potensi sosial.Artinya
setiap individu berhak untuk beragaul dengan teman lainya agar tidak tertinggal
dengan jaman sekarang.
3.Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya
kepantasan yang lebih tinggi.Dalam diri individu jika ingin dihargai oleh orang
lain harus ditanamkan moral sejak dini agar terdapat sopan santunnya.
4.Dimensi keberagamaan
Pada hakikatnya
individu itu mahluk yang religious.Artinya semua mempunyai agama untuk menjadi
pegangan hidupnya ,untuk tahu buat apa dia hidup di dunia ini.daftar pustaka
Walgito,bimo.2010.psikologi umum:and Yogyakarta
Tirtharaharja,umar,dkk.2013.pengantar pendidikn:rineka
cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar