KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam dilimpahkan
kepada suri tauladan umat islam yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu
tugas mata kuliah Sosiologi Ekonomi. Adapun
judul makalah ini adalah “Teori Sosiologi Tentang Teori Klasik, Teori
Modern Dan Teori PostModern”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mohon kritik dan
saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan tugas mendatang. Untuk itu,
penulis ucapkan terima kasih.
BAB II
TEORI
SOSIOLOGI TENTANG TEORI KLASIK, MODERN DAN POSTMODERN
A.
Teori Sosiologi Klasik
Beberapa
kekuatan sosial yang melatarbelakangi munculnya teori - teori sosial dan
sekaligus menjadi fokus perhatian para ahli sosial, diantaranya adalah revolusi
politik, revolusi industri, perkembangan kapitalisme, perkembangan sosialisme,
feminisme, urbanisasi, perubahan agama, serta pertumbuhan ilmu pengetahuan.
Perkembangan teori - teori sosial tersebut tidak hanya terjadi di satu negara,
tetapi dibeberapa negara terutama yang terjadi dikawasan Eropa Barat,
diantaranya adalah di Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris.
Perubahan
berupa revolusi sosial politik serta kebangkitan kapitalisme membawa dampak -
dampak yang tidak saja bersifat positif tetapi juga memunculkan masalah -
masalah sosial baru. Hal ini telah memacu para ahli sosial dan filsafat untuk
menemukan kaidah - kaidah baru yang terkait dengan perkembangan teori sosial
dan sekaligus sebagai suatu upaya dalam memahami dan menanggulangi masalah -
masalah sosial tersebut, serta mengarahkan bagaimana bentuk masyarakat yang
diharapkan di kemudian hari. Seperti perkembangan kehidupan politik (Revolusi Prancis sejak tahun 1789)
menjadi cikal bakal perkembangan teori sosiologi di Prancis. Demikian pula,
pertumbuhan kapitalisme di Inggris telah memacu munculnya pemikiran - pemikiran
baru dibidang sosial.[1][1]
Teori
Klasik menurut para tokoh ternama :
1. Aguste Comte
Perjalanan
Hidup dan Karya Comte serta Pandangannya tentang Ilmu Pemgetahuan Aguste
Comte adalah seseorang yang untuk pertama kali memunculkan istilah “sosiologi” untuk memberi nama pada satu
kajian yang memfokuskan diri pada kehidupan sosial atau kemasyarakatan. Saat
ini sosiologi menjadi suatu ilmu yang diakui untuk memahami masyarakat dan
telah berkembang pesat sejalan dengan ilmu - ilmu lainnya. Dalam hal itu,
Aguste Comte diakui sebagai “Bapak”
dari sosiologi. Aguste Comte pada dasarnya bukanlah orang akademisi yang hidup
di dalam kampus.
Perjalanannya
didalam menimba ilmu tersendat - sendat dan putus di tengah jalan. Berkat
perkenalannya dengan Saint - Simon, sebagai sekretarisnya, pengetahuan Comte
semakin terbuka, bahkan mampu mengkritisi pandangan-pandangan dari Saint-Simon.
Pada dasarnya Auguste Comte adalah orang pintar, kritis, dan mampu hidup
sederhana tetapi kehidupan sosial ekonominya dianggap kurang berhasil.
Pemikirannya yang dikenang orang secara luas adalah filsafat positivisme, serta
memberikan gambaran mengenai metode ilmiah yang menekankan pada pentingnya
pengamatan, eksperimen, perbandingan, dan analisis sejarah. Pemikiran Auguste
Comte Tentang Individu, Masyarakat, dan Perubahan Sosial Perkembangan
masyarakat pada abad ke-19 menurut Comte dapat mencapai tahapan yang positif (positive stage). Tahapan ini diwarnai
oleh cara penggunaan pengetahuan empiris untuk memahami dunia sosial sekaligus
untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Sosiologi adalah menyelidiki
hukum - hukum tindakan dan reaksi terhadap bagian - bagian yang berbeda dalam
sistem sosial, yang selalu bergerak berubah secara bertahap. Hal ini merupakan
hubungan yang saling menguntungkan (mutual
relations) diantara unsur - unsur dalam suatu sistem sosial secara
keseluruhan.[2][2]
2.
Emile Durkheim
Sosiolog
besar ini dilahirkan di Epinal diprovinsi lorraine di perancis timur pada 15
April 1885, sejumlah empat buku yang telah ditulis durkheim untuk mengukuhkan
dirinya sebagai seorang sosiolog yang terkenal, bukunya yang pertama adalah
yang berjudul ”one the-division of social
labor” yang diterbitkan tahun 1893. Dua tahun kemudian pada tahun 1895
terbit buku keduanya “the rules of
socuological method” dan buku ketiganya “suicide”
terbit pada tahun 1897 sedangkan buku yang keempat atau karyanya yang terakhir “the elemententary forms of religious life”
terbit pada tahun 1912.
Durkheim
sangat termashur dengan kerangka teorinya tentang adanya “jiwa kelompok” yang mempengaruhi jiwa individu. Dia mengatakan
bahwa ada dua macam kesadaran yaitu kolektip dan individual conciousness.
Durkheim menyatakan ada dua sifat yang dimiliki oleh kesadaran kolektif yaitu sifatnya yang exterior dan sifatnya
yang konstarint didalam exterior kesadaran kolektif berada diluar individu
manusia dan yang yang masuk ke dalam individu tersebut dalam perwujuadan
sebagai aturan - aturan
moral, agama, tentang
baik dan buruk dan lain sebagainya.
Sedangkan
dalam sifat nya yang konstraint kesadaran kolektif tersebut memiiki daya
memaksa terhadap individu - individu
manusia pelanggaran
yang dilakukan oleh anggota masyarakat terhadap kesadaran - kesadaran
kolektif ini akan mengakibatkan adanya sangsi - sangsi
hukuman terhadap anggota masyarakat yang bersangkutan. Dengan
demikian kesadarn kolektif itu adalah suatu konsensus masyarakat yang mengatur
hubungan sosial diantara masyarakat yang
bersangkutan. Kesadaran kolektif ini merupakan bentuk tertinggi dari kehidupan
psikis / kejiwaan
dan merupakan suatu ‘kesadaran dari kesadaran yang berada di luar dan di atas individu - individu
dan dengan kesadaran yang demikian itu maka masyarakat adalah merupakan suatu
yang lebih baik dari pada individu.[3][3]
3.
Karl Marx
Sebagai
seorang filusuf, nama Marx mungkin
berdengung diseluruh dunia dengan kehebatan yang luar biasa. Bahkan
lebih dari itu, Marx dikenal
pula sebagai seorang pemikir dalam banyak bidang ilmu. Mulai
dari lapangan ekonomi sampai kepada sosiologi. Filsuf
yang di lahirkan pada tanggal 5 mei 1818 di kota trier di tepi sungai rhine ini
sesungguh nya keturunan seorang borjuis, karya Marx
yang pertama kali yang dapat dicatat adalah di sertasinya sendiri di
Universitas jana, yang
berjudul On the differences between the natural philoshopy of democritus and epicurus (1841) dimana
sesungguhnya dia sudah mulai menyerang konsep - konsep
agama dan karya - karya Marx
tidaklah terbilang banyak nya. Mulai
dari “The Mesery of philophy, The
Poverty of philosophy”, sampai
kepada Manifesto Komunis dan Das
Kapital. Buku yang
di sebut terakhir ini justru merupakan buku yang paling termashur.
Sejarah kehidupan
manusia kata Marx, tidak
lebih dari pertentangan antar kelas, atau
antar golongan, mulai
dari golongan atau kelas yang berdiri dari orang-orang yang bebas merdeka dari
budak - budak, sampai
kepada pertentangan antara kelas penindas dengan yang ditindas. Disinilah
keistimewan Marx
sebenarnya, yang melihat adanya suatu
pertikaian abadi yang menandai sejarah perkembangan manusia.[4][4]
B. Teori Sosiologi Modern
Teori
sosiologi modren berbeda dari teori sosiologi klasik. Teori sosiologi klasik memusat kan analisanya pada pemikiran tokoh - tokoh sosiologi sedangkan teori - teori
sosiologi modren memusatkan analisanya pada aliran sosiologi pergeseran dari
para ahli teori sosiologi secara
idividual kedalam aliran - aliran
sosiologi menunjukkan bahwa sosiologi mengalami perubahan. Pada awal
perkembangannya, sosiologi
itu di dominasi oleh para ahli termasyur secara individual, seperti Comte, Marx, Durkheim, Weber, ataupun Simmel. Tetapi
dewasa ini analisa sosiologi lebih terarah kepada aliran - aliran.
Perkembangan Teori Sosiologi :
1. Awal
perkembangan teori sosiologi di Amerika
Pada
tahun 1858 ada kuliah tentang masalah - masalah
sosial di Universitas
Oberlinis, istilah
sosiologi yang berasal dari Comte
digunakan oleh George Fithugh
tahun 1880-an
kemudian William Graham Sumner
mengajar ilmu sosial di Unversitas Yale pada tahun 1873.Pada tahun 1880-an, kuliah - kuliah
yang berjudul sosiologi mulai muncul. Departemen
sosiologi pertama didirikan di Universitas
Kansas tahun 1889. Tahun
1892 Albion Small pindah ke Universitas
Chicago dan mendirikan Departemen
sosiologi di Universitas
tersebut. Departemen sosiologi dari Universitas
Chicago berkembang menjadi satu
aliran tersendiri yang di kenal dengan nama “The
Chicago School”. Dari
departemen ini lahirlah journal of sociology yang masih bertahan hingga saat
ini. Dari Universitas ini pula
lahirlah American Sociological Society, yakni
perkumpulan para ahli sosiologi se - Amerika
yang tahun 1959 berubah nama American
Sociological Association dan masih
bertahan hingga saat ini.
2. Perkembangan
teori sosiologi hingga pertengahan abad 20
Perkembangan
teori sosiologi pada abad 20 tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sosiologi
di Universitas Harvard. Kehadiran
teori sosioloigi pada Universitas
Harvard muncul bersamaan dengan
masuknya Peter Sorokin ke Universitas
itu pada tahun1930. Sebelum Sorokin
tiba belum ada Departemen
sosiologi di Harvard. Tetapi
pada akhir tahun yang sama departemen sosiologi didirikan di Universitas
itu dan dia sendiri dipilih sebagai ketua jurusan. Inilah
jasa Sorokin yang terbesar sebab teori - teorinya tentang perubahan sosial dan budaya
sebagaimana tertulis dalam buku Social
and Cultual Dynamics (1937 dan 1941).[5][5]
TEORI
FUNSIONALISME STRUKTURAL
Fungsionalisme
struktural adalah salah satu paham perspektif di dalam sosiologi yang memandang
masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian – bagian yang saling
berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat berfungsi tanpa ada
hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian, perubahan yang terjadi pada salah
satu bagian akan menyebabkan ketidak – seimbangan dan pada gilirannya akan
menciptakan perubahan pada bagian lain. Perkembangan fungsionalisme didasarkan
atas model perkembangan sistem organisme yang didapat dalam biologi
(theodorson, 1969 : 67). Asumsi dasar teori ini ialah, bahwa semua elemen atau
unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat
secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik.
Secara
ekstrim teori ini mengatakan,bahwa segala sesuatu didalam masyarakat ada
fungsinya, termasuk hal – hal seperti kemiskinan, peperangan, atau kematian.
Tetapi, persoalannya ia berfungsi untuk siapa ? kemiskinan, pasti berfungsi
untuk orang kaya sebagai yang diuraikan oleh Herbert Ganz (1972 : 275 – 289).
Tetapi tentu tidak berfungsi untuk orang yang miskin. Karena itu, sebagai
ilmuan sosial kita harus selalu dengan kritis bertanya entah sesuatu itu
fungsional untuk siapa.
TEORI FUNGSIONALISME STRATIFIKASI
Salah satu karya yang cukup terkenal
dari fungsionalisme struktural ialah teorinya tentang stratifikasi sosial.
Teori ini dikemukakan oleh Kings Ley Dapis dan Wilbert Moure (1945). Dapis dan
Moure menganggap stratifikasi sosial sebagai suatu kenyataan yang universal dan
perlu untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu masyarakat. Mereka
berpendapat, bahwa tidak ada masyarakat yang tidak punya sistem stratifikasi
sosial. Stratifikasi adalah suatu keharusan.
Disini ada 2 hal yang harus
diperhatikan, yakni : pertama, bagaimana masyarakat membangkitkan didalam
individu – individu yang tertentu keinginan unttuk menduduki posisi tertentu.
Kedua, setelah orang itu menerima untuk menduduki posisi yang dirasa cocok,
bagaimana masyarakt membangkitkan didalam diri orang itu keinginan untuk
memenuhi persyaratan – persyaratan yang dituntut oleh posisi itu atau bagaimana
ia menjalankan tugas – tugas sesuai posisinya itu.
Persoalan penempatan orang – orang
kedalam posisi yang tepat muncul epermukaan karena 3 alasan. Pertama, ada posisi – posisi tertentu yang lebih nyaman
dibandingkan dari posisi lainnya. Kedua, ada posisi – posisi tertentu yang
penting untuk menjaga keberlangsungan hidup suatu masyarakat dibandingkan dengan
posisi lainnya. Ketiga, posisi – posisi didalam masyarakat menuntut sejumlah
bakat dan kemampuan tertentu. Itulah sebabnya penempatan orang kedalam posisi –
posisi tertentu menjadi persoalan.[6][6]
C. Teori PostModern
Istilah postmodern memang tidak
memiliki definisi yang pasti, yang mampu merangkul seluruh hasil pemikiran para
teori tikus yang menamakan diri mereka sebagai kelompok postmodernisme. Secara
sekilas, konsep postmodern dirangkai dari konsep “Post” dan “Modern” ; “Post”
dapat dimaknai sebagai era “Sesudah”, sehingga postmodern mengandung makna
setelah modernitas.
Ada beberapa istilah yang masih
berkaitan dengan istilah postmodern, yaitu postmodernitas, postmodernisme.
Menurut Umar (Ritzer, 2003), istilah postmodernitas menunjukkan pada suatu epos
– jangka waktu, zaman, masa – sosial dan politik yang biasanya terlihat
mengiringi era modern dalam suatu pemahaman sejarah. Jadi, definisi postmodern
meliputi suatu epos sejarah baru, produk budaya yang baru, serta tipe teori
baru yang menjelaskan dunia sosial.
Teori postmodern banyak memberikan
kritik atas realitas “manusia modern” yang terlalu dalam persepsi mereka.
Rosenau (Ritzer, 2003) mnjelaskan mengenai beberapa posisi dari teori
postmodern mengenai modernitas. Pertama, postmodern mengkritik masyarakt modern
yang dinilai gagal dalam memenuhi janji – janjinya. Postmodern mempertanyakan
bagaimana setiap orang dapat mempercayai bahwa modernitas telah membawa
kemajuan dan harapan masyarakat depan yang lebih cemerlang. Kedua, teori
postmodern cendrung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia
(world view), metanarasi totalitas dan sebagainya. Ketiga, teori postmodern
cenderung menerakkan fenomena besar postmodern, seperti emosi, perasaan,
intuisi, refleksi, spekulasi, pengalaman personal, kebiasaan, kekerasan,
metafisika, tradisi, dan sebagainya. Keempat, teori postmodern menolak kecendrungan dunia modern
yang meletakkan batas – batas antara hal – hal tertentu seperti disipin
akademis, budaya dan kehidupan, fiksi, dan teori, citra, dan realitas.[7][7]
PENUTUP
A. Kesimpulan
kekuatan
sosial yang melatarbelakangi munculnya teori - teori sosial dan sekaligus
menjadi fokus perhatian para ahli sosial, diantaranya adalah revolusi politik,
revolusi industri, perkembangan kapitalisme, perkembangan sosialisme,
feminisme, urbanisasi, perubahan agama, serta pertumbuhan ilmu pengetahuan.
Teori
sosiologi modren berbeda dari teori sosiologi klasik.teori sosiologi klasik
memusat kan analisanya pada pemikiran tokoh-tokoh sosiologis sedangkan teori-teori sosiologi
modren memusatkan analisanya pada analisanya pada aliran sosiologi pergeseran
dari para ahli teori sosiologi.
Istilah
postmodern memang tidak memiliki definisi yang pasti, yang mampu merangkul
seluruh hasil pemikiran para teori tikus yang menamakan diri mereka sebagai
kelompok postmodernisme.
B. Saran
Penulis tidak terlepas dari kesalahan yang di sampaikan melalui makalah
ini. Masih banyak yang banyak yang harus penulis sampaikan dalam makalah ini,
namun keterbatasan wawasan penulis dan
rujukan penulis temui yang tidak dapat penulis sampaikan dalam makalah ini.
Kami berharap pembaca dapat mencari selain rujukan yang kami temui.
Untuk itu penulis berharap pembaca memberi kritikan dan sarannya. Untuk itu
atas kekurangan makalah penulis berikan, penulis mohon maaf. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan kita bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Sabtu,27 maret 2010
,http//Klipingnurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
Sabtu,27 maret 2010
http kliping nurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
Hotman M.siahaan, Pengantar
Ke Arah Sejarah Teori Sosiologi, Jakarta : Erlangga, 1986
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007
Sunarto, Kamanto, Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan
Poskolonial. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2012
[7][7] Sosiologi
Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Hal :
110 – 113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar