Asumsi Klasik Teori Struktural Fungsional Robert K.
Merton
Robert K. Merton (04 Juli 1910-23 Februari 2003) adalah
seorang sosiolog asal Amerika yang mengakui bahwa pendekatan ini telah membawa
kemajuan bagi sosiologis, dan dia juga mengakui bahwa fungsionalisme struktural
mungkin tidak akan mampu mengatasi seluruh masalah sosial.
Paradigma analisa fungsional Merton, mencoba membuat
batasan-batasan beberapa konsep analisis dasar dari berbagai analisa fungsional
dan menjelaskan beberapa ketidakpastian arti yang terdapat didalam
postulat-postulat kaum fungsional. Robert K. Merton mengutip tiga postulat yang
terdapat didalam analisa fungsional yang kemudian disempurnakannya satu demi
satu. Yang pertama yaitu postulat kesatuan fungsional masyarakat, yang dapat
dibatasi sebagai “suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerja
sama dalam suatu tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang memadai,
tanpa menghasilkan konflik yang berkepanjangan yang tidak dapat diatasi”,
seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi
masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat, hal ini
berarti sistem sosial yang ada pasti menunjukan tingginya level integrasi.
Terdapat dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlaku pada
masyarakat kecil tetapi generalisasi pada masyarakat yang lebih besar.
Postulat yang kedua adalah Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan
stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Robert K.
Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh struktur , adat istiadat,
gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan
pula dengan stuktur sosial dengan adat istiadat yang mengatur individu
bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi hingga bunuh
diri.
Postulat structural fungsional menjadi bertentangan. Dan yang terakhir
postulat ketiga adalah Indispensability, aspek standard masyarakat tidak hany
amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan bagian bagian yang tidak
terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional
diperlukan oleh masyarakat. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan
parson bahwaada berbagai alternative structural dan fungsional yang ada di
dalam masyarakat yang tidak dapat dihindari.
Menurut seorang sosiolog yang bernama Emile Durkheim
yaitu masyarakat itu harus mempunyai suatu tujuan yang jelas dan tujuan
tersebut harus dicapai semaksimal mungkin. Terdapat juga solidaritas yang
dibedakan menjadi dua, yaitu kesamaan dan perbedaan. Jika kesamaan itu termasuk
dalam teori Emile Durkheim. Sedangkan perbedaan itu termasuk teori dari Robert
K. Merton. Masyarakat bisa disebut dengan organ jika tujuan prestasinya
tercapai dengan baik. Masyarakat itu harus ada jika mempunyai ikatan. Robert K.
Merton menjelaskan berbagai perbedaan dalam masyarakat yaitu dengan tujuan dan
cara harus selaras. Menurut Robert K. Merton, masyarakat selalu berbeda posisi.
Masyarakat adalah nilai yang memiliki fungsi yang berbeda. Penempatan sosial
didalam masyarakat seringkali menjadi masalah karena suatu posisi, seperti
halnya yaitu yang pertama adalah posisi tertentu lebih menyenangkan daripada
posisi yang lain. Masyarakat keatas itu posisinya yaitu stratifikasi, sedangkan
masyarakat kesampinf itu posisinya yaitu diferensiasi. Kedua posisi tersebut
tidak merujuk kepada perebutan tetapi kepada tujuan karena tujuan itu sangat
penting.
Yang kedua adalah posisi tertentu lebih penting untuk menjaga kelangsungan
hidup masyarakat daripada posisi lainnya. Fungsional adalah setiap
posisi-posisi selalu menjalankan fungsinya.
Fungsional struktural adalah hubungan timbal balik. Dan yang terakhir
(ketiga) adalah posisi-posisi sosial yang berbeda memerlukan bakat dan
kemampuan yang berbeda pula. Posisi tersebut harus sesuai dengan harapan
masyarakat. Oleh karena itu, muncul Ends atau Goals. Terdapat tiga tahapan
dalam teori Robert K. Merton ini, diantaranya yaitu Pertama, Strategi Dasar
Analisis Strukturalisme Fungsional yaitu Teori Fungsionalisme Struktural yang
dikemukakan oleh Robert K. Merton ternyata memiliki perbedaan apabila dibandingkan
dengan pemikiran pendahulu dan gurunya, yaitu Talcott Parsons. Apabila Talcott
Parsons dalam teorinya lebih menekankan pada orientasi subjektif individu dalam
perilaku maka Robert K. Merton menitikberatkan pada konsekuensi-konsekuensi
objektif dari individu dalam perilaku.
Menurut Robert K. Merton konsekuensi-konsekuensi
objektif dari individu dalam perilaku itu ada yang mengarah pada integrasi dan
keseimbangan atau fungsi manifest, akan tetapi ada pula konsekuensi-konsekuensi
objektif dari individu dalam perilaku itu yang tidak dimaksudkan dan tidak
diketahui.
Kedua, Disfungsi dan Perubahan Sosial yaitu Menurut Robert K. Merton
dinyatakan bahwa konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku
dapat bersifat fungsional dan dapat pula bersifat disfungsional. Konsekuensi
objektif dari individu dalam perilaku mampu mengarah pada integrasi dan
keseimbangan, sedangkan konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku yang
bersifat disfungsional akan memperlemah integrasi. Ketiga, Kelompok Referensi
(Reference Group) yaitu Teori Fungsionalisme Robert K. Merton yang menekankan
pada konsekuensi objektif dari individu dalam berperilaku.
Keharusan adanya konsekuensi objektif baik fungsional
maupun disfungsional dan harus adanya konsep-konsep alternatif fungsional dalam
pelaksanaan analisisnya, tepat apabila diterapkan pada masyarakat yang memiliki
perbedaan-perbedaan di antara kelompok-kelompok yang ada.
Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan melalui struktur sosial.
Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang
konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Merton
mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap situasi, yaitu konformitas,
inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan pemberontakan (keempat yang terakhir
merupakan perilaku menyimpang).
Merton mengidentifikasi lima tipe cara adaptasi, empat
diantaranya merupakan perilaku menyimpang, yaitu : Komformitas, ini merupakan
perilaku yang mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat untuk
mencapai tujuan tersebut (cara konvensional dan melembaga). Maksudnya adalah
cara dijalankan dan ends atau goals juga dijalankan. Contohnya yaitu Arlan
belajar dengan sungguh-sungguh agar nilai ulangannya bagus dan Gelar DR dapat
dicapai dengan cara kuliah.
Inovasi, merupakan perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat,
tetapi memakai cara yang dilarang oleh masayarakat (termasuk tindak kriminal).
Maksudnya yaitu caranya tidak sama dan ends atau goals nya yang sama.
Contohnya yaitu untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM), Erik tidak
mengikuti ujian, melainkan melalui calo dan siswa ingin mendapatkan nilai bagus
dalam ujian dia melakukan tindakan mencontek atau mencari bocoran jawaban.
Individu dalam masyarakat beradaptasi dengan masyarakat. Ritualisme adalah
perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya. Namun masih tetap
berpegangan pada cara-cara yang telah digariskan masyarakat, dalam arti ritual
atau upacara dan perayaan masih diselenggarakan tapi maknanya telah hilang,
Contohnya yaitu walaupun tidak mempunyai keahlian atau keterampilan di bidang
komputer, Mita berusaha untuk mendapatkan ijazah itu agar diterima kerja di
perusahaan asing.
Pengunduran/Pengasingan Diri, Meninggalkan, baik
tujuan konvensional maupun cara pencapaiannya yang konvensional, sebagaimana
yang dilakukan oleh pecandu obat bius, pemabuk, gelandangan maupun orang-orang
gagal lainnya. Contohnya yaitu tindakan siswa yang membakar dirinya sendiri
karena tidak lulus Ujian Akhir Nasional. Dalam pengasingan diri juga terdapat
Retritsm. Orang yang menjalankan retritism adalah Anomi (tidak punya nilai).
Ends dalam pengasingan diri merupakan disfungsional. Retiritism adalah
masyarakat tidak mampu memaksa individu untuk melakukan sesuatu. Individu yang
teranomi berkumpul, maka akan membentuk suatu kelompok. Yang biasa disebut dengan
kelompok belajar. Pemberontakan (Rebellism) , Penarikan diri dari tujuan dan
cara-cara konvensional yang disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan
cara baru, misalnya para reformator agama. Contohnya yaitu pemberontakan G
30S/PKI yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis.
Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton
mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah
fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidakdikehendaki.Maka dalam
stuktur yang ada, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi
secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu struktur
disfungsional akan selalu ada. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim
Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten
, menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari cara.
Hal ini Merton tidak secara tepat
mengintegrasikan teori tindakan dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi
pada ketidakpasan antara intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami
rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan idealismenya
tentang struktur dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran
fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar pemikiran yang mendahuluinya.
Tetapi, lebih jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah
membuka kekauan bahwa fungsi selalu berada dalam daftar menu struktur. Merton
pun mengungkap bahwa tidak semua struktur sosial tidak dapat diubah oleh sistem
sosial. Tetapi beberapa sistem sosial dapat dihapuskan. Dengan mengakui bahwa
struktur sosial dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar