Kamis, 20 Oktober 2016

AKSIOLOGI PENDIDIKAN

Sumber buku:
Dr. Saifur Rohman & Agus Wibowo, M.Pd
Filsafat Pendidikan Masa Depan
( kajian filsafat pendidikan masa depan di indonesia)
Penerbit Pustaka Pelajar yogyakarta 2016

AKSIOLOGI
Aksiologi pendidikan diarahkan pada persoalan-persoalan tujuan penyelenggaraan pendidikan selama ini. Aksiologi akan melihat garis-garis buram yang terjadi sebagai pemandu manuju tititk kesempurnaan dari sebuah perjalanan.
Adapu tujuan pegajarn adalah :
1.    Memperaiki perauran pengajaran sehingga memenuhi ukuran standar internasional
2.    Tidak ada perbedaan mata pelajaran antara laki-laki dan perempuan
3.    Bahasa pengantar adalah bahasa indonesia dan bahasa daerah. Untuk sekolah menengah perlu bahasa inggris, bahasa jerman, dan bahasa lain.
4.    Memperbaiki sistem pendidikan harus segera dilakukan
5.    Pengajaran haruslah dilakukan secara praktis karena keterbatasan buku-buku

Ki Hadjar Dewantara membedakan antara pengajaran dan pendidikan. Bila pendidikan adalah disiplin batin maka pengajaran adalah disiplin lahir. Menurutnya, manusia mereka itu adalah hidup lahir dan batin tidak tergantung kepada orang lain, tetapi berdiri atas kekuatan sendiri. Dalam penyelenggaraan pendidikan, sistem keuangan pendidikan mesti dikelola secara mandiri untuk mencapai tujuan-tujuan kemanusiaan. Dewantara juga melihat peserta didik dalam psikologi pertumbuhan. Pendidikan kebudayaan akan menyangkut tiga ahal yakni pikiran, perasaan, dan kehendak. Menurutnnya, “pendidikan kultural yaitu pendidikan yang mmpertinggi nilai kemanusiaan”.
Pendidikan pikiran dianggap sebagai sebuah keutamaan di dalam pendidikan karena pendidikan pada masa itu mengutamakan pendidikan pikiran tanpa perasaan dan kehendak. Pendidikan perasaan adalah sebuah pelengkap dari maksut dan tujuan. Pendidikan yang bersifat etis dan estetis. Pendidikan yang bersifat etis adalah pendidikan relijius, sosialis individual dan lain lain, pendidikan estetis adalh menghaluskan perasan terhadap segala benda lahir

Konsep dasar pendidikan bagi Ki Hadjar Dewantara adalah sebuah penyelenggaraaaan orientasi-orientasi hidup yang disebut dengan “tuntunan”. Sebagai pemberi tuntunan, seorang pendidik tidah bisa memaksakan diri kepada peserta didik dalam hal-hal dasar secara alamiah. Misalnya potensi diri dan minat yang dimilliki peserta didik. Dia mencontohkan pendidik dengan seorang petani. Petani bisa daja memberikan pupuk dan menyirami rumput setiap hari, tetapi petani tidak bisa mengubh potensi pada mejadi seperti jagung yang tinggi.

Hal itu di dasarkan pada tiga asumsi. Pertama, asumsi bahwa peserta didik adalah kondisi yang masih kosong sehingga bisa diisi oleh apa saja. Konsepsi ini disebutkan dengan tabulasi rasa. Kedua, adanya asumsu bahwa peserta didik sebetulnya sudah meliliki garis kehidupannya sendiri. Pendidikan hanya dapat mengamati dan mengawasi agar jangan sampai memperoleh pengaruh jahat dari dunia luar. Budi pekerti itu sudah ada. Pendidikan tinggal menunjuakannya. Adapun asumsi ketiga, bahwa peserta didik memang memiliki potensi tetapi tidak seketika akan menjadikan hal itu kemampuan yang bermanfaat. Karena itulah, seorang pendidik harus menunjuakan dan memberikan pengarahan yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar