Sumber buku:
Dr.
Saifur Rohman & Agus Wibowo, M.Pd
Filsafat
Pendidikan Masa Depan
(
kajian filsafat pendidikan masa depan di indonesia)
Penerbit
Pustaka Pelajar yogyakarta 2016
AKSIOLOGI
Aksiologi pendidikan
diarahkan pada persoalan-persoalan tujuan penyelenggaraan pendidikan selama
ini. Aksiologi akan melihat garis-garis buram yang terjadi sebagai pemandu
manuju tititk kesempurnaan dari sebuah perjalanan.
Adapu tujuan pegajarn adalah
:
1.
Memperaiki perauran pengajaran sehingga
memenuhi ukuran standar internasional
2.
Tidak ada perbedaan mata pelajaran antara
laki-laki dan perempuan
3.
Bahasa pengantar adalah bahasa indonesia dan
bahasa daerah. Untuk sekolah menengah perlu bahasa inggris, bahasa jerman, dan
bahasa lain.
4.
Memperbaiki sistem pendidikan harus segera
dilakukan
5.
Pengajaran haruslah dilakukan secara praktis
karena keterbatasan buku-buku
Ki Hadjar Dewantara
membedakan antara pengajaran dan pendidikan. Bila pendidikan adalah disiplin
batin maka pengajaran adalah disiplin lahir. Menurutnya, manusia mereka itu
adalah hidup lahir dan batin tidak tergantung kepada orang lain, tetapi berdiri
atas kekuatan sendiri. Dalam penyelenggaraan pendidikan, sistem keuangan pendidikan
mesti dikelola secara mandiri untuk mencapai tujuan-tujuan kemanusiaan.
Dewantara juga melihat peserta didik dalam psikologi pertumbuhan. Pendidikan
kebudayaan akan menyangkut tiga ahal yakni pikiran, perasaan, dan kehendak.
Menurutnnya, “pendidikan kultural yaitu pendidikan yang mmpertinggi nilai
kemanusiaan”.
Pendidikan pikiran dianggap
sebagai sebuah keutamaan di dalam pendidikan karena pendidikan pada masa itu
mengutamakan pendidikan pikiran tanpa perasaan dan kehendak. Pendidikan
perasaan adalah sebuah pelengkap dari maksut dan tujuan. Pendidikan yang
bersifat etis dan estetis. Pendidikan yang bersifat etis adalah pendidikan
relijius, sosialis individual dan lain lain, pendidikan estetis adalh
menghaluskan perasan terhadap segala benda lahir
Konsep dasar pendidikan bagi
Ki Hadjar Dewantara adalah sebuah penyelenggaraaaan orientasi-orientasi hidup
yang disebut dengan “tuntunan”. Sebagai pemberi tuntunan, seorang pendidik
tidah bisa memaksakan diri kepada peserta didik dalam hal-hal dasar secara alamiah.
Misalnya potensi diri dan minat yang dimilliki peserta didik. Dia mencontohkan
pendidik dengan seorang petani. Petani bisa daja memberikan pupuk dan menyirami
rumput setiap hari, tetapi petani tidak bisa mengubh potensi pada mejadi
seperti jagung yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar