Menurut Karl Marx, kehadiran konflik didasarkan pada
pemilikan sarana- sarana produksi. Dimana pemilikan sarana-sarana produksi
tersebut menyebabkan adanya perbedaan hak kepemilikan atas sarana-sarana
produksi yang dimiliki oleh setiap individu atau kelompok. Dan perbedaan
kepemilikan itulah yang kemudian akan menjadi unsur pokok adanya pemisahan
kelas di dalam masyarakat.
“Barang
siapa memiliki sarana produksi lebih besar, maka dialah yang akan menduduki
kelas atas. Sedangkan barang siapa yang memiliki sarana produksi lebih sedikit
atau bahkan tidak memiliki sarana produksi, maka dialah yang akan menduduki
kelas bawah.”
Oleh karenanya, Marx mengajukan konsepsi mendasar
tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Dalam hal ini, Marx tidak
mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam
masyarakat, terdiri dari kelas pemilik modal (kelas borjuis) dan kelas pekerja
miskin (kelas proletar). Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial
hirarkis, dimana kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar
dalam proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran
semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah
diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga.
Contohnya: pada masa pemerintahan Soeharto,
kita sebagai masyarakat dibuat tidak sadar akan kelakuan pemerintah yang saat
itu dikategorikan sebagai kelas atas dan kita kelas bawah. Sehingga rakyat
dibuat buta dan bisu oleh sistem yang telah dibuatnya, tidak bisa berperilaku
bebas, terjadi pembungkaman aspirasi, bersuara sedikit langsung dibantai dan
dilenyapkan, masyarakat kelaparan akibat krisis moneter yang melanda rakyat
dengan tetap berkewajiban membayar pajak yang semakin mencekik rakyat, terjadi
pembiusan publik dengan berbagai sumbangsih pemerintah yang menyesatkan di masa
depan, dll.. hal itu menjadi bukti adanya eksploitasi terhadap rakyat oleh pemerintahan,
seolah kita hanya menumpang hidup dan tidak punya hak apa-apa atas negara yang
kita tempati ini, dengan setumpuk kewajiban yang harus tetap kita jalankan.
Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum
borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi, yang pada
akhirnya akan mengarah pada perubahan sosial di masyarakat. Ketegangan tersebut
terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap
mereka. Sehingga memutuskan untuk mengorganisasi massa menjadi gerakan sosial
yang besar untuk diarahkan pada perjuangan menuju prubahan sosial yang lebih
baik, seperti yang mereka inginkan.
Contohnya: dengan
eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh Soeharto terhadap rakyat
Indonesia, membuat sebagian dari masyarakat sadar atas apa yang telah dilakukan
Soeharto. Hal ini mendorong mereka untuk membentuk suatu gerakan sosial yang
diprakarsai oleh Amin Rais dengan tujuan melakukan reformasi terhadap
pemerintahan menuju konsep perubahan sosial yang lebih baik di masyarakat
Indonesia. Ini tergolong bentuk perjuangan kaum proletar (kelas bawah) terhadap
kaum borjuis (kelas atas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar