Kamis, 20 Oktober 2016

AKSIOLOGI FILSAFAT

Sumber buku :
Prof. Dr. Ahmad tafsir
FILSAFAT UMUM
(akal dan hati sejak thales sampai capra)
Penerbit Remaja Rosdakarya 2005
AKSIOLOGI
Menurut buku tesebut kegunaan filsafat adalah sebagai methodoogy maksutnya sebagai metode dalam menghadapo dan menyelesaikan masalah bahkan sebagai metode dalam memandang dunia.
Ada beberapa cara yang ditempuh orang bila ia hendak memecahkan masalah. Kemungkinan ia menyelesaikan masalah itu melalui cara sains. Berarti pusat perhatiannya pada fakta empirik; biasanya penyelesaiannya tidak utuk karena dakta empirik  tidak pernah utuh. Mungkin orang menyelesaikan masalah maalui cara filsafat. Mungkin orang juga menyelesaikannya secara mistis, bagaimana cara filsafat menyelesaikan masalah?
Dapatlah dikatakan bahwa kegunaan filfafat itu luas sekali, di mana pun dan pada apa pun filsafat di terapkan di situ memiliki kegunaan. Bila digunakan dalam pendidikan kita akan melohat bahwa filsafat berguna bagi pensisikan, bila digunakan dalam bahsa ia beguna bahi bahasa, dan seterusnya
Pada buku tersebut di jelaskan anda tidak usah “nekad” ingin memahami teori filsafat sebanyak-banyaknya, yang lebih penting ialah membisakan berpikir mendalm, aitu memeikirkan sesutu di balik fakta empirik, jangan mudah puas dengan jawaban yang sudah ditemuka, terhadap jawaban yang ditemukan itu ragukanlah, lantas renungkan lagi, selain itu berpikir seluas-luasnya, yaitu dengan cara memandang setiap permasalahan dari sebannyak –banyaknya sudut pandang.
Dalam hidup, kita menghadapi banyak bermasalah. Masalah artinya kesulitan. Kehidupan akan dijalankan lebih enak bila masalah itu terselesaikan. Ada banyak cara dalam menyelesaikan masalah, mulai dari yang amat sederhana sampai yang rumit.
Misalnya pada suatu kampung terjadi masalah yaitu terjadinya pencurian yang meresahkan wilayah tersebut maka samua warga berkumpul dam bermusyawarah atas masalah tersebut, ada seorang warga yang megusulkan untuk mengadakan ronda rutin setiap malam untuk menjaga wilayah tersebut dan untuk mencegah pencurian tersebut terjadi kembali. Tetapi ada seorang warga yang mengusulkan untuk mengadakan pengajia rutin pada wilayah tersebut karena menurut seorang tersebut pencurian itu terjadi karena kurangnya pengajaran rohani atau moral pada warga tersebut sehingggal terjadilah masalah-masalha yang datang pada desa tersebut.
Sesui dengan sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaianfilsafat bersifat mendalam, artinya ia ingin mencari asal muasal masalah tersebut. Universal, artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnyaagar nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin
Contoh masalah lainnya. Banyak orang islam tidak menyenangi sebagian budaya barat, khususnya tentang kebebasan seks. Merea mengatakan kebebasan seks harush di berantas. Ini penyelesaian langsing. Sedikit mendalam bila kita mengusulkan perketat masuknya informasi dari barat terutama yang menyangkut kebebeasan seks, atau kita mengusulkan sensor film di perberat. Filsafat belum puas dengan penyelesaian itu lalu bagaimana?
Filsafat mempelajari asal usul kebebasan seks itu. Ditemukan, itu muncul dari faham Hedonisme. Maka kita perangi paham itu. Filosof lain belum puas, karena menurutnya paham hedonime adalah penyebab paling awak, hehonisme itu sebenarnya turunan pragmantisme. Pragmatisme itu bersama dengan liberalisme lahir dari rasionalisme. Karena itu filosof ini mengatakan yang paling strategis ialah memerangirasionalisme itu. Apakah rasionalisme itu penyebab utama kebebasan seks? Untuk sementara, agaknya ya. Maka untuk memberatas kebebasan seks kita harus menjelaskan bahwa rasionalime itu adalah pemikiran yang salah.
Penyelesaian ini mendalam, karena telah menemukan penyebab yang paling asal. Penyelesaian itu juga universal, karena bukan hanya persoalan kebebasan seks, hal,hal lain yang merupakan turunan rasionalisme juga akan dengan sendirinya hilang.

AKSIOLOGI PENDIDIKAN

Sumber buku:
Dr. Saifur Rohman & Agus Wibowo, M.Pd
Filsafat Pendidikan Masa Depan
( kajian filsafat pendidikan masa depan di indonesia)
Penerbit Pustaka Pelajar yogyakarta 2016

AKSIOLOGI
Aksiologi pendidikan diarahkan pada persoalan-persoalan tujuan penyelenggaraan pendidikan selama ini. Aksiologi akan melihat garis-garis buram yang terjadi sebagai pemandu manuju tititk kesempurnaan dari sebuah perjalanan.
Adapu tujuan pegajarn adalah :
1.    Memperaiki perauran pengajaran sehingga memenuhi ukuran standar internasional
2.    Tidak ada perbedaan mata pelajaran antara laki-laki dan perempuan
3.    Bahasa pengantar adalah bahasa indonesia dan bahasa daerah. Untuk sekolah menengah perlu bahasa inggris, bahasa jerman, dan bahasa lain.
4.    Memperbaiki sistem pendidikan harus segera dilakukan
5.    Pengajaran haruslah dilakukan secara praktis karena keterbatasan buku-buku

Ki Hadjar Dewantara membedakan antara pengajaran dan pendidikan. Bila pendidikan adalah disiplin batin maka pengajaran adalah disiplin lahir. Menurutnya, manusia mereka itu adalah hidup lahir dan batin tidak tergantung kepada orang lain, tetapi berdiri atas kekuatan sendiri. Dalam penyelenggaraan pendidikan, sistem keuangan pendidikan mesti dikelola secara mandiri untuk mencapai tujuan-tujuan kemanusiaan. Dewantara juga melihat peserta didik dalam psikologi pertumbuhan. Pendidikan kebudayaan akan menyangkut tiga ahal yakni pikiran, perasaan, dan kehendak. Menurutnnya, “pendidikan kultural yaitu pendidikan yang mmpertinggi nilai kemanusiaan”.
Pendidikan pikiran dianggap sebagai sebuah keutamaan di dalam pendidikan karena pendidikan pada masa itu mengutamakan pendidikan pikiran tanpa perasaan dan kehendak. Pendidikan perasaan adalah sebuah pelengkap dari maksut dan tujuan. Pendidikan yang bersifat etis dan estetis. Pendidikan yang bersifat etis adalah pendidikan relijius, sosialis individual dan lain lain, pendidikan estetis adalh menghaluskan perasan terhadap segala benda lahir

Konsep dasar pendidikan bagi Ki Hadjar Dewantara adalah sebuah penyelenggaraaaan orientasi-orientasi hidup yang disebut dengan “tuntunan”. Sebagai pemberi tuntunan, seorang pendidik tidah bisa memaksakan diri kepada peserta didik dalam hal-hal dasar secara alamiah. Misalnya potensi diri dan minat yang dimilliki peserta didik. Dia mencontohkan pendidik dengan seorang petani. Petani bisa daja memberikan pupuk dan menyirami rumput setiap hari, tetapi petani tidak bisa mengubh potensi pada mejadi seperti jagung yang tinggi.

Hal itu di dasarkan pada tiga asumsi. Pertama, asumsi bahwa peserta didik adalah kondisi yang masih kosong sehingga bisa diisi oleh apa saja. Konsepsi ini disebutkan dengan tabulasi rasa. Kedua, adanya asumsu bahwa peserta didik sebetulnya sudah meliliki garis kehidupannya sendiri. Pendidikan hanya dapat mengamati dan mengawasi agar jangan sampai memperoleh pengaruh jahat dari dunia luar. Budi pekerti itu sudah ada. Pendidikan tinggal menunjuakannya. Adapun asumsi ketiga, bahwa peserta didik memang memiliki potensi tetapi tidak seketika akan menjadikan hal itu kemampuan yang bermanfaat. Karena itulah, seorang pendidik harus menunjuakan dan memberikan pengarahan yang baik.

KIPRAH PEREMPUAN ADAT DI KANCAH PEMERINTAHAN DAN POLITIK




Pola pikir masyarakat yang masih bias gender kerap menghalangi perempuan untuk mencapai posisi terbaik di pemerintahan dan politik dalam upaya mengabdikan ilmu dan tenaganya untuk masyarakat. Keluarga pun lebih menginginkan agar perempuan lebih baik bekerja di rumah ketimbang di luar rumah. Namun di satu sisi, beban untuk mendapatkan penghasilan juga dituntut dari perempuan. Hal ini berbeda dari laki-laki. Jika ada tawaran untuk posisi strategis, misalnya kepala dinas atau kepala daerah, maka dukungan pasti akan datang bertubi-tubi. Tetapi jika perempuan yang akan naik posisi, selalu dibebani kekhawatiran yang berlebih yang membuat perempuan menjadi kurang percaya diri untuk menunjukkan kualitasnya.
Untuk memperlihatkan kualitas perempuan di mata masyarakat, harus dengan prestasi dan menunjukkan kinerja yang bermanfaat untuk orang banyak. Hal ini akan serta merta melunturkan pandangan miring terhadap kemampuan perempuan. Saat ini, perempuan dan laki-laki sudah setara dalam hal pencapaian karir. Itu karena muncul perempuan-perempuan yang kuat dan cerdas, sehingga perempuan menjadi diperhitungkan dalam pemerintahan dan politik. Tinggal bagaimana perempuan dan laki-laki bisa bermitra (bekerja sama) dalam upaya membangun bangsa dan negara menjadi lebih sejahtera dan adil.
Undang-undang beberapa Partai Politik saat ini telah melakukan perubahan besar untuk memberikan peluang kepada perempuan terutama Perempuan sebagai Duta atau wakil dari Komunitas Adat untuk ikut andil dalam pengambilan keputusan yang tidak merugikan masyarakat atau bahkan menyisihkan Masyarakat Adat terutama kaum perempuan, sejalan dengan hal ini maka upaya untuk menjawab persoalan sinergitas gerakan perjuangan Masyarakat Adat terebut Kasepuhan Wewengkon Citorek jauh-jauh hari telah mencanangkan Pelunya Wakil Perempuan Adat di Legislatif sebagi wadah perjuangan Masyarakat Adat untuk menegakkan hak-hak dan kedaulatannya dalam kehidupan sosial budaya, ekonomi, hukum, politik dan lingkungan di wilayah asal-usulnya dengan didasari semangat kebersamaan dan solidaritas.
Hal ini merupakan jalan bagi perempuan adat dalam kiprahnya sebagai duta masyarakat adat sebagai wadah aspirasi Masyarakat Adat yang merasa senasib dan sepenanggungan sebagai korban penindasan, eksploitasi dan perampasan atas hak-hak adatnya dan yang memiliki kehendak  untuk mewujudkan masyarakat adat yang  berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan bermartabat secara budaya.Perempuan Adat harus mampu membela dan memberdayakan hak-hak Masyarakat Adat, menampung, memadukan, menyalurkan, dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan Masyarakat Adat serta meningkatkan kesadaran politik dan hukum serta menyiapkan kader-kader penggerak Masyarakat Adat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Komunitas Masyarakat Adat yang hidup berdasarkan asal-usul leluhur secara turun temurun, memiliki dan berdaulat atas tanah dan kekayaan alam di wilayahnya, hidup berdasarkan aturan-aturan adat, serta memiliki lembaga adat yang mengelola keberlangsungan hidup masyarakatnya. Perempuan adat harus memiliki Visi dan misi serta prinsip yang berazaskan sistem adat dan Pancasila guna terwujudnya kehidupan masyarakat adat yang berdaulat, adil, sejahtera, bermartabat, dan demokratis. Kiprah Duta Perempuan Adat dalam pemerintahan dan politik diharapkan mampu
  1. Mengembalikan dan meningkatkan rasa percaya diri, harkat, dan martabat perempuan Masyarakat Adat sehingga mereka mampu menikmati hak-haknya.
  2. Mengembalikan kedaulatan Masyarakat Adat Kasepuahn Citorek untuk mempertahankan hak-hak ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
  3. Mencerdaskan dan meningkatkan kemampuan perempuan adat serta mempertahankan dan mengembangkan kearifan adat untuk melindungi bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
  4. Mengembangkan proses pengambilan keputusan yang demokratis dengan melibatkan kaum perempuan.
  5. Membela dan memperjuangkan pengakuan, penghormatan, dan perlindungan hak-hak perempuan Adat.
Perempuan adat harus mendapatkan kepercayaan. Perempuan Adat yang memiliki kemampuan harus didukung untuk menjadi pemimpin dan mengisi perwakilan di legislatif. Posisi perempuan dalam kiprahnya di bidang pemerintah dan politik akan meningkatkan posisi tawar masyarakat adat di bidang ekonomi, serta menyertakan perempuan dalam proses-proses pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat dan pentingnya posisi perempuan dalam bidang politik dan pemerintahan. Akhirnya segenap Komunitas Adat Kasepuhan Wewengkon Citorek sampai pada suatu kesimpulan bahwa perlunya wakil perempuan adat dalam di kursi legislatif sebagai duta perempuan adat Kasepuhan Citorek.

makalah peran ganda pada masyarakat desa citorek



BAB I
PENDAHULU
Latar Belakang
Kemajuan jaman sering diiringi dengan berkembangnya informasi dan tingkat kemampuan intelektual manusia. Bersama itu peran perempuan dalam kehidupan pun terus berubah untuk menjawab tantangan jaman, tak terkecuali mengenai peran perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Biasanya, tulang punggung kehidupan keluarga adalah pria atau suami. Tapi kini para perempuan banyak yang berperan aktif untuk mendukung ekonomi keluarga. Perempuan tidak sekedar menjadi konco , tetapi juga banyak mempunyai peran dalam keluarga. Menurut konsep ibuisme, kemandirian perempuan tidak dapat dilepaskan dari perannya sebagai ibu dan istri, perempuan dianggap sebagai makhluk social dan budaya yang utuh apabila telah memainkan kedua peran  tersebut dengan baik. Mies (dalam Abdullah 1997:91) menyebutkan fenomena ini house wifization kerena peran utama perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga yang harus memberikan tenaga dan perhatiannya demi kepentingan keluarga tanpa boleh mengharapkan imbalan, prestise serta kekuasaan. Bahkan tak jarang perempuan mempunyai tingkat penghasilan yang lebih memadai untuk mencukupi kebutuhan keluarga dibanding suaminya. Dengan pendapatan yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa perempuan ikut berusaha untuk keluar dari kemiskinan meski semua kebutuhan keluarga tidak terpenuhi.
peran atau role menurut suratman (2000:15) adalah fungsi atau tingkah laku yang diharapkan ada pada individu seksual, sebagai satu aktivitas menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi dua: 1. Peran public, yaitu segala aktivitas manusia yang biasanya dilakukan dilluar rumah dan bertujuan untuk mendatangkan penghasilan; 2. Peran domestic, yaitu aktivitas yang dilakukan di dalam rumah dan biasanya tidak dimaksudkan untuk mendatangkan penghasilan, melainkan untuk melakukan kegiatan kerumahtanggaan. Peran yang dilakukan para perempuan atau ibu rumah tangga karena ingin kondisi kesejahteraan yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, persiapan meteri berbagai jaminan masa depan kehidupannya, ketentraman dan keamanan.
Rumusan Masalah
1.    Bagaimana peran ganda pada masyarakat desa citorek ?
2.    Bagaimana akses dan kontrol perempuan di desa citorek ?
Tujuan penelitian
1.    Menganalisis pola aktifitas perempuan di Desa Citorek di dalam dan di luar rumah tangga .
2.    Menganilisis akses dan kontrol perempuan di desa citorek di dalam dan di luar rumah tangga
3.    Mendeskripsikan motivasi perempuan di desa citorek dalam berperan ganda
Manfaat penelitian
1.    Penelitian ini dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam mengaplikasikan pengetahuan teoritik terhadap masalah praktis.
2.    Sebagai pembanding antara teori yang didapat dari bangku perkuliahan dengan fakta yang dilapangan.





BAB II
ISI
Tinggat sosial ekonomi keluarga yang rendah membuat perempuan memiliki peran ganda. Terbatasnya lapangan kerja di pedesaan, keterampilan yang terbatas dan pendidikan yang rendah menjadikan profesi petani sebagai pilihan pekerjaan para perempuan. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Citorek . penelitian ini menjelaskan bahwa perempuan dengan peran ganda memiliki waktu domestik dan waktu publik yang berdampak dalam kehidupannya. Hal ini berpengaruh pada kondisi sosial, dimana perempuan petani tetap memiliki interaksi sosial yang baik dalam keluarga, bahkan memperluas pergaulan dengan masyarakat. Dari segi ekonomi, profesi sebagai perempuan petani tidak menaikan kesejahteraan secara signifikan karna rendahnya timbal balik yang di terima. Namun dengan kemandirian ekonominya, perempuan di desa ini memiliki peran yang aktif dalam pengambilan keputusan di keluarga. Tuntutan sosial ekonomi yang di bebankan kepada perempuan ini juga mendorong masyarakat untuk tidak bertindak diskriminatif.  
Fenomena wanita bekerja untuk mencari nafkah terjadi karna dorongan kebutuhan, kemauan, dan kemampuan serta kesempatan kerja yang tersedia dan akses wanita atas kesempatan tersebut. Status ekonomi perempuan di lihat dari aktivitasnya dalam kegiatan mencari nafkah, akses terhadap faktor produksi, tingkat pendapatan yang di hasilkan dan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga (sukesi dan sugianto, 2002). Adanya “aspek gender” yaitu : pola konstruksi nilai dalam hubungan sosial budaya dan psikologis antara pria dan wanita. Suatu jenis pekerjaan ada yang pantas di kerjakan oleh wanita saja atau oleh pria saja, di lain pihak ada pekerjaan tertent yang terbuka bagi kedua pihak, baik pria maupun wanita (sumaryo dan zuriah, 2013). Ini merupakan akibat dari budaya patriarki yang sangat kuat dalam masyarakat Desa Citorek
1.    Peran ganda perempuan di era pembangunan
Di Indonesia, gerakan untuk memperjuangkan kedudukan dan peranan perempuan telah cukup lama dilakukan. Kartini adalah tokoh yang telah merintis membebaskan kaum perempuan dari kegelapan melalui pendidikan. Pendidikan dianggap penting karena pendidikan sebagai jalan keluar dalam memecahkan semua masalah dan kesengsaraan bangsa-bangsa (Hardjito 1984:16-17).
Salah satu perbedaan perempuan masa kini dan jaman kartini atau zaman dulu ialah, perempuan jawa masa kini ingin, bersedia, boleh, dan bahkan diarahkan untuk dapat mengisi dua peranan, satu didalam rumah tangga sebagai ibu dan istri, dan yang lain peranan di luar rumah (Sadli 1992:142-143).
Pengertian peran ganda perempuan di era pembangunan adalah partisipasi perempuan yang mencakup sector domestic maupun sector public, dimana hal ini sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan pembangunan.
Pada masyarakat pedesaan peran ganda perempuan bukanlah hal yang baru. Mereka disamping sebagai istri, ibu juga harus bekerja di luar rumah, misalnya: bertani, berkebun, berdagang, mencari kayu, bekerja sebagai buruh dan lain-lain.karena tanpa bekerja kebutuhsn hidup tidak akan terpenuhi. Berarti bekerja merupakan suatu keharusan. Pada umumnya perempuan yang memiliki taraf pendidikan yang tinggi merupakan sumber daya bagi pembangunan, sehingga bila tidak dimanfaatkan merupakan suatu penghamburan dana. Karena mahalnya biaya pendidikan (Soedarsono dan Murniatmo 1986:58)
Pergeseran dalam peran (pembagian kerja) antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan rumah tangga, terjadi ketika seorang ibu mempunyai peran yang sangat penting di dalam masyarakat dan Negara. Di mana peran perempuan tidak hanya untuk dipimpin tetapi juga untuk memimpin. Hal itu harus diperjuangkan untuk mendapatkan pengakuan yang positif dan pasti.
Pembagian peran domestic dan public tidak relevan jika diterapkan dalam masyarakat jawa. Karena dalam masyarakat ini perempuan terbiasa dengan peran domestic sekaligus public. Hal ini terutama terjadi pada masyarakat jawa golongan petani, pedagang, dan nelayan, di mana perempuan mengurus rumah tangga (domestic) sekaligus mencari nafkah (ekonomi-publik) (Stivens 1991: 9-10).
Namun peran perempuan dalam kegiatan di sektor publik dianggap masih belum cukup dan belum ada pengakuan atau penghargaan yang layak atas hasil kerjanya, karna sumbangan kerja perempuan hanya dianggap sebagai pelengkap dan bekerja membantu kaum laki-laki sehingga status sosialnya kurang di perhitungkan
Hal ini terlihat dalam proses pengambilan keputusan dalam ranah politik di dalam masyarakat Desa Citorek yang di dominasi oleh kaum laki-laki. Padahal peranan perempuan dalam jam kerja pada kegiatan ekonomi sangat besar, selain itu perempuan masih meluangkan waktunya dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, di samping peran utamanya sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan rumah tangga, di bandingkan dengan kaum pria yang hanya mengurus pekerjaan saja. Jadi peran ganda perempuan sangat penting dalam rangka meningkatkan pendapatan rumah tangga dalam rangka mewujudkan kesejahteraan keluarga (Widodo,2013).
2.    Motivasi perempuan Pedesaan dalam berperan ganda
Motivasi utama perempuan pedesaan untuk bekerja pada umumnya di sebabkan karena tuntutan ekonomi keluarga atau menambah pendapatan keluarga. Mereka megaggap kebutuhan hidup keluarga semakin bertambah dan apabila hanya mengandalkan gaji suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hanya sebagian kecil perempuan yang motivasinya bekerja untuk mengembangkan diri dan mengisi waktu luang, terutama bagi perempuan yang memiliki status sosial yang baik terutama tigkat pendidikan tinggi. Selain itu suaminya sanggat mendukung kesetaraan gender. Hal ini berpengaruh dalam cara pandang dan jenis pekerjaan perempuan. Selain berperan sebagai ibu rumah tangga dan bekerja mencari nafkah, perempuan juga aktif dalam kegiatan sosial. Kegiatan sosial seperti posyandu
Pada umumnya keluarga terutama suami sangat mendukung peran ganda perempuan. Jika keluarga sangat mendukung perempuan untuk bekerja dan aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, maka perempuan akan semakin semangat untuk meraik kesuksesan dalam rumah tangga, pekerjaan maupun aktivitasnya dalam kegian sosial kemasyarakatan.
3.    Aktivitas perempuan dan laki-laki dalam kegiatan produktif
a.    Pertanian
Pada umumnya mereka yang bekerja di bidang pertanian sebagai petani maupun buruh tani. Petani mempunyai akses dan kontrol penuh terhadap semua input pertanian seperti lahan pertanian, sarana produksi dan tenaga kerja, sedangkan buruh tani hanya bekerja di lahan orang. Budaya patriarki menyebabkan pembagian pekerjaan secara gander. Di dalam masyarakat desa citorek di bidang pertanian tidak ada perbedaan pekerjaan antara perempuan dan laki-laki semua pekerjaan sama saja
b.    Mencari nafkah
Pada awalnya bekerja menjadi tangguang jawab laki-laki sebagai kepala keluarga, namun karena semakin bertambah kebutuhan keluarga dan penghasilan suami tidak mencukupi maka perempuan harus ikut bekerja untuk mencari tambahan penghasilan.

c.    Pekerjaan sampingan
Pekerjaan sampingan ini pada umumnya di usahakan sendiri oleh perempuan di sela-sela waktu ruangnya melaksanaka pekerjaan utamanya, seperti membuka warung dan menjadi juru masak. Selain itu ada juga pekerjaan sampingan yang di kerjakan perempuan bersama suami ataupun anggota keluarga lainnya.
Kegiatan reproduktif
Penyediaan makanan
Dalam hal penyediaan makanan, perempuan bertanggung jawab penuh mulai  dari menentukan makanan menurut kegiatan suami atau yang diikuti seperti posyandu. Kegiatan sosial yang lebih penting yang terkait dengan permasalahn di desa seperti kelompok tani, dan musyawarah di balai desa lebih banyak diikuti laki-laki dan perempuan jarang di libatkan dalam kegiatan tersebut. Akibatnya pengambilan keputusan penting serta banyak kebijakan dan program-progam  pembangunan di pedesaaan yag tidak menyentuh kaum perempuan (berpresektif gander), sehingga sangat merugian kaum perempuan itu sendiri
4.    Pola aktivitas perempuan pedesaan di dalam rumah tangga dan di luar rumah tangga
a.    Profil pekerjaan rumah tangga
Jenis pekerjaan rumah tangga yang setiap hari di kerjakan oleh responden tidak jauh beda dengan pekejaan rumah tangga biasa seperti: mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah, memcuci dan lain-lain. Mereka melaksanakan pekerjaan rumah tangga mulali dari pagi hai sebelum bekerja sampai sore hari setelah pulang bekerja untuk jenis pekerjaan yang mempunyai jam bekerja yang tetap seperti PNS dan petani bisa mengatur waktunya untuk aktivitas di dalam rumah dan di luar rumah.
Untuk pekerjaan yang tidak tetap waktunya seperti pedagang dan yang mempunyai pekerjaan sampingan, mereka harus bisa membagi waktunya antara keluarga dan pekeejaan. sering kali mereka  harus mengorbankan kepentingan keluarga karena tuntutan ekonomi karena harus bekarja melebihi batas waktu dari biasanya. Oleh karena itu harus ada pembagian pekerjaan atau aktivitas rumah tangga.
b.    Profil pekerjaan nafkah perempuan
Sebagai besar perempuan mempunyai pekerjaan di bidang pertanian sebagai petani maupun  buru tani, pada umumnya perempuan bekerja sejak mempunyai suami sampai mempuyai banyak anak. Sebagian besar perempuan mempunyai masa kerja bertahun-tahun bahan lebih dari 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mereka lebih berpengalaman dalam melaksanaka pekerjaannya.
c.    Profil aktivitas sosial kemasyarakatan
Selain menjalani peran sebagai ibu rumah tangga dan perempuan yang bekerja mencar nafkah, perempuan juga melakukan aktifitas kemasyarakatan yaitu seperti bertani di Desa Citorek yang paling sering di lakukan adalah kegiatan bertani dan kegiatan sosial. Kegiatan bertaninya yaitu seperti menanam padi dan mengetem sedangkan kegiatan sosial yaitu seperti posyandu. Dalam kegiatan sosial kemasyarakatan tersebut, adakalanya perempuan juga bertindak sebagai pengurus, karea di anggap lebih berpengalaman. Sulit mendapatkan pekerjaan yang layak karena tidak mempunyai keahlian yang cukup. Selain itu perempuan jarang di libatkan dalam pengambilan keputusan penting berkaitan dengan pembangunan dan perempuan sulit mengakses informasi penting. Tetapi di masa sekarang perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan, karena dalam rumah tangga sudah ada kesadaran dan di tanamkan nilai pentingnya menempuh pendidikan bagi anak-anak. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya anak-anak usia sekolah di Desa Citorek.
5.    Akses dan kotrol perempuan di dalam rumah tangga dan di luar rumah tangga
Sumber daya
a.    Akses dan kontrol terhadap uang
Perempuan memegang keuangan rumah tangga, tetapi untuk pengeluaran rumah tangga tidak semuanya di tentukan oleh perempuan. Perempuan bebas untuk menentukan pengeluaran dalam kebutuhan pokok sehari-hari seperti untuk kebutuhan makanan dan tabungan. Perempuan harus pandai mengerti megatur keuangan dalam rumah tangga atau melakukan penghematan supaya kehidupan rumah tangganya dapa bertahan (survive)
b.    Akses dan kontrol terhadap pendidikan
Dalam bidang pendidikan, sebagian besar perempuan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Sehingga berpengaruh terhadap kualiatas SMD. Akibatnya perempuan suliat mendapatkan pekerjaan yang layak karena tidak mempunyai keahlian yang cukup selain itu juga perempuan jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting berkaitan dengan pembangunan dan perempuan sulit mengakses informasi penting tetapi di masa sekarang perempuan dan laki-laki mempunya hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan, karena dalam rumah tangga sudah ada kesadaran dan ditanamkan nilai pentingnya menempuh pendidikan bagi anak-anak.
c.    Akses dan kontrol terhadap teknologi
Teknologi diperlukan manusia untuk membantu melaksanakan aktivitasnya. Teknologi yang digunakan bisa sederhana maupun teknologi yang modern/canggih. Pada umumnya laki-laki lebih bnayk mengases teknologi yang lebih modern, sedangkan perempuan lebih banyak mengguanakan teknologi yang sederhana. Hal ini berkaitan dengan kualitas SDM, dimana pada umumnya tingkat pendidikan perempuan masih rendah sehingga sulit mengakses teknologi.
d.    Akses dan kontrol tehadap informasi
Saat ini kebutuhan akan informasi sangat penting. Pada umumnya laki-laki lebih banyak melakiukan akses dan kontrol terhadap informasi dibandingkan perempuan. Perempuan sulit mengakses informasi dan jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting dalam berbagai bidang pembangunan di pedesaan karena status sosialnya kurang di pethitungkan hal ini berkaitan dengan kualitas SDM.
6.    Manfaaat
Bidang kesehatan
Manfaaat selain income terdiri atas layanan di bidang kesehatan, layanan sosial budaya dan layanan pendidikan. Di bidang kesehatan, secara umum, kesadaran penduduk dalam menjaga kesehatan sudah lebih baik. Selain sarana kesehatan di desa citorek sudah cukup memadai dengan tersedianya posyandu dan poliklinik untuk pemanfaan pelayanan kesehatan perempuan lebih domonian dari pada laiki-laki, karena kesehatan perempuan lebih kompleks terutama dalam kegiatan kesehatan reproduksi.
Sebagian besar penduduk, terutama penduduk yang kurang mampu masih banyak yang memanfaatkan pengobatan tradisional/alternatif seperti dukun, jamu, obat-obatan tradisional dan lain-lain , karena dianggap sudah menjadi tradisi atau turun temurun dan lebih murah dari pada obat-obatan modern

Bidang sosial budaya
                        Dalam layanan sosial budaya seperti layanan tantang pemerintanhan, keagamaan dan kegiatan sosial dan lain-lain. Dalam layanan di bidang pemerintahan laki laki lebih dominan dari pada perempuan, karenalaki-laki lebih berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam keluarga dan masyarakat, seperti kegiatan atau pertemuan yang di balai desa yang bnayka diikuti oleh penduduk laki-laki. Pelayanan di bidang pemerintahan berjaklan cukup baik karena aparat pemerintahan desa bisa menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik meskipun sarana dan prasarana di kantor desa sangat sederhana. Kegiatan administrasi masih dilakukan secara manual. Dalam bidang agama, karena sebagian besar penduduk desa citorek beragama islam maka semua penduduk aktif dalam kegiatan keagamaan seperti solat bejamaah dan pengajian atau tahlilan yang dilakukan secara bergiliran di rumah penduduk, masjid atau musolah setiap minggu. Dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, terdapat banyak kelompok lembaga sosial sepert kelompok tani, karang taruna dan lain-lain penduduk laki-laki lebih banyak beperan di dalam lembaga sosial dari pada penduduk perempuan
7.    Akses dan kontrol perempuan
a.    Akses dan kontrol terhadap manfaat harta kekayaan
Yang termasuk harta kekayaan adalah uang, kendaraan, barang elektronik, pertanian untuk penguasaan kendaraan lebih di domiasi oleh laki-laki lebih banyak daripada perempuan, sedangkan untuk barang-barang elektronik, akses laki-laki perempuan sama tetapi kntrol lebih banyak di lakukan laki-laki. Sebagian besar penduduk memiliki barang elektronik. Di samping itu sebagian besar penduduk mempunyai ternak akses kontrol lebih banyak di lakukan oleh laki-laki. Selain itu sebagian besar penduduk juga mempunyai lahan pertanian akses kontrol lebih banyak di lakukan oleh laki-laki dan perempuan.
b.    Akses dan kontrol terhadap manfaat kebutuhan dasar
Kebutuhan dasar meliputi sandang, pangan, dan papan. Setiap anggota keluarga mempunyai hak/akses yang sam dalam menempati rumah sebagai tempat tinggal, tetapi untuk kepemilkan menjadi tanggung jawab suami sebagai kepala keluarga. Begitu juga untuk pakaian, akses dan kontrol laki-laki perempuan sama besar, karena pemakaian berfungsi untuk melindungi tubuh. Pada umumnya untuk mencuci dan menytrika pakaian menjadi tanggung jawab perempuan,  sedangkan untuk makanan laki-laki dan perempuan punya akses yang sama tetapi perempuan lebih berperan dalam mengontrol makanan dengan memasak dan menyediakan makanan bagi keluarga.
c.    Kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga
Kontribusi pendapatan perempuan adalah sumbanga pendapatan yang di berikan perempuan terhadap keluarga. Secara umum rata-rata kotribusi pada Desa Citorek pendapatan perempuan tidak dapat di katakan hanya sebagai pendapatan tambahan saja melainkan juga sebagai sumber pendapatan keluarga utama.

8.    Fungsi dan peran perempuan di dalam keluarga dan masyarakat
1.    Fungsi adaptasi
Perempuan harus bisa beradaptasi untuk bisa melaksanakan perannya di dalam rumah tangga sebagai ibu rumah tangga dan di luat rumah tangga. Sehingga di harapkan dengan peran ganda perempuan tersebut dapat meningkatkan kemampuannya dengan baik di dalam keluarga dan masyarakat.



2.    Fungsi mencapai tujuan
Tujuan peran gand perempuan di pedesaan pada umumnya di sebabkan karena tuntutan ekonomi keluarga/menambahkan pendapatan keluarga supaya rumah tangganya bisa bertahan.
3.    Fungsi integrasi
Dengan pera ganda perempuan di dalam keluaraga dan masyarakat maka perempuan di harapkam bisa berintegrasi atau menyatu di dalam hati, pikiran dan sikapnya dengan fungsinya sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pekerja dan anggota masyarakat sehingga perempuan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik di dalam keluarga dan masyarakat
4.    Fungsi mempertahankan pola (laten)
Setelah melaluli berbagai tahapan tersebut di atas, maka perempuan bisa menentukan ke arah mana dan bagai mana peran perempuan yang diinginkan, maka dia akan mempetahankan polanya sehingga perempuan bisa menjadi panutan yang baik terhadap keluarga dan masyarakat.

9.    Sudut pandang peran ganda pada masyarakat desa citorek
a.    Sudut pandang sesepuh
Sesepuh pada desa citorek mengungkapkan bahwa beliau menerima arus modenisasi pada desa citorek yang mengakibatkan peran ganda terhadap perempuan bisa di terima oleh sesepuh dan sudah adanya pengakuan yang sah.
b.    Sudut pandang masyarakat
Masyarakat pada desa citorek sangat meyakini dan mengikuti peraturan-peraturan desa yang dibuat oleh sesepuh yang mengatur mereka. Oleh sebab itu peran ganda yang ada pada desa citorek sangat di maklumi atau di terima dengan baik selain dari aturan yang berlaku dan karena faktor-faktor yang mendong mereka (perempuan) melakukan peran ganda tersebut.

c.    Sudut pandang hukum adat pada desa citorek
Pada hukum adat yang berlaku pada desa citorek bahwa peran ganda yang dilakukan oleh perempuan di desa tersebut tidak sama sekali menyimpang dari adat yang mereka anut oleh karena itu pada desa tersebut tidak ada pertentangan yang signifikan yang dilakukan oleh aparatur adat.
10. Fungsi hubungan suami istri dalam masyarakat dan keluarga
Kedudukan suami istri di tentukan oleh kewajiban kewajiban di dalam keluarga mamupun masyarakat luas. Dengan menentukan pekerjaan-pekerjaan tertentu maka para lelaki di luar rumah tangga, masyarakat juga ikut menentukan pembagian kerja dalam keluarga, sama halnya dengan apa yang di kerjakan anak-anak dan orang tua di dalam keluarga membentuk tugas-tugas apa yang di berikan kepada mereka di dalam keluarga. Orang tua berkewajiban untuk pertama kali mensosialisir anak-anak mereka, tetapi dengan demikian pula mempertahankan kontrol sosial atas mereka jika mereka meninggalkan rumah
Karena kedudukan seseorang, dan dengan demikian pula hubungan sosialnya, akan berubah salam banyak hal selama masa kehidupannya dan kedua orang tuanya (dari kelahirannya dan kedudukannya sebagai orang tua).
11.   Tugas-Tugas Wanita
Menurut Notopuro (1984 : 57-58) konsep diri wanita Indonesia sebagai ibu rumah tangga dalam kerangka Panca Tugas Wanita yaitu :
1.    Wanita sebagai pendamping suami
·         Menjadi diri sebagai kekasih sejati dalam suka dan duka.
·         Memahami keadaan suami, lebih mengenai tanggung jawab, kedudukan dan tugasnya.
·         Menjadikan diri sebagi wanita yang didambakan suami yaitu penuh kasih sayang, setia, saling menghormati dan pengertian.
·         Selalu menjaga kebersihan dalam rumah, menciptakan suasana harmonis dan damai.
·         Penuh toleransi, menghargai dan menghormati suami sebagai kepala keluarga, serta mampu memberikan dorongan moral yang baik.  
2.    Wanita sebagai pendidik dan pembina generasi muda
·         Sesuai kodratnya sebagai ibu dengan melahirkan anak yang sehat, normal dan cerdas.
·         Ibu sebagai pendidik pertama dan utama dapat memberikan rasa aman dan kasih sayang kepada anak.
·         Memiliki pengetahuan tentang pengasuhan anak dan kesehatan ibu dalam masa kehamilan dan kelahiran.
3.    Wanita sebagai ibu rumah tangga
·         Selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
·         Mampu menciptakan rumah tangga yang tenang, sejuk dan tentram.
·         Pandai mengatur dan memanfaatkan waktu secara efisien.
·         Pandai berhemat, hidup sederhana dan dapat menabung.
·         Menyiapkan makanan sesuai selera dan bergizi.
4.    Wanita sebagai pembawa keturunan
·         Meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan agar dapatmemberi penghasilan tambahan untuk keluarga sesuai dengan kemampuannya.
·         Menggali, mengelola, dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada.

5.    Wanita sebagai anggota masyarakat.
·         Memelihara pergaulan hidup dan menjaga kerukunan bertetangga.
·         Sadar akan hak dan kewajibannya, ikut berperan aktif dalam pembangunan.
·         Melestarikan asas-asas yang baik dan tumbuh dalam masyarakat.

Meskipun demikian, beban wanita (isteri) tetaplah yang paling berat, sebab pada umumnya wanita mempunyai lima macam golongan kegiatan yaitu : 1) kegiatan sehari-hari berkaitan dengan rumah tangga; 2) kegiatan mencari nafkah pada industri rumah tangga; 3) kegiatan mencari nafkah pada kesempatan lain; 4) kegiatan sosial dan msyarakat; dan 5) kegiatan individual dan istirahat. (Abdullah, 2003 : 231).
beban wanita (isteri) tetapla yang paling berat, sebab pada umumnya wanita mempunyai lima macam golongan kegiatan yaitu : 1) kegiatan sehari-hari berkaitan dengan rumah tangga; 2) kegiatan mencari nafkah pada industri rumah tangga; 3) kegiatan mencari nafkah pada kesempatan lain; 4) kegiatan sosial dan msyarakat; dan 5) kegiatan individual dan istirahat. (Abdullah, 2003 : 231).
Dengan begitu banyaknya peran yang harus dilakukan perempuan tersebut menandakan bahwa perempuan telah mengalami beban ganda dalam hidupnya. Beban ganda (double burden) adalah adanya perlakuan terhadap salah satu jenis kelamin dimana yang bersangkutan bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Adanya anggapan bahwa perempuan secara alamiah memiliki sifat memelihara, merawat, mengasuh dan rajin, mengakibatkan semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Karena itu, bagi perempuan yang bekerja di luar rumah, selain bekerja di wilayah publik, mereka juga masih harus mengerjakan pekerjaan domestik.
Secara konseptual peran ganda wanita mengandung beberapa kelemahan dan ambivalensi. Pertama, di dalamnya terkandung pengertian bahwa sifat dan jenis pekerjaan wanita adalah tertentu dan sesuai dengan kodrat wanitanya. Kedua, dalam kaitan dengan yang pertama, wanita tidak sepenuhnya bisa ikut dalam proses-proses produksi. Ketiga, di dalamnya terkandung pengakuan bahwa sistem pembagian kerja seksual seperti yang dikenal sekarang bersifat biologis semata. Keempat, merupakan suatu penerimaan tuntas terhadap berlangsungnya mode of production yang ada. Kelima, bila dikaitkan unsur keselarasan dan pengertian yang terkandung di dalamnya adalah bersifat etnosentris dan mengacu pada kelas sosial tertentu dan secara kultural bukan sesuatu yang universal dimiliki oleh setiap suku bangsa di Indonesia.

12. Kedudukan Dan Peranan Tenaga Kerja Wanita
Perkembangan zaman yang semakin canggih menyebabkan tidak sedikit wanita yang memasuki sektor publik, untuk bekerja di berbagai sektor kehidupan. Masuknya wanita dalam sektor publik tersebut menyebabkan bertambahnya peran yang harus dilaksanakan. Selain berperan dalam sektor domestik yang sebagai ibu rumah tangga yang mengurus rumah tangga dan anak-anak, wanita juga berperan dalam sektor publik sebagai pencari nafkah dalam keluarga.
Menurut Abdullah (2003 : 226), keterlibatan wanita dalam industri rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, tekanan ekonomi. Kedua, lingkungan keluarga yang sangat mendukung dalam bekerja, misalnya : mereka terbiasa membantu orang-orang di sekitarnya yang mengusahakan industri rumah tangga. Ketiga, tidak ada peluang kerja lain yang sesuai dengan ketrampilannya.
Kondisi kemiskinan mendorong perempuan untuk ikut mengambil alih tanggung jawab ekonomi keluarga. Dengan berbagai cara perempuan ikut berperan aktif menaikkan pendapatan. Perempuan miskin di desa merupakan kelompok terbesar yang terus-menerus mencari peluang kerja demi memenuhi kebutuhan dasar. Mereka bekerja sebagai buruh tani, buruh perkebunan, pembantu rumah tangga, buruh tani, dan pekerja migran. Sementara proses pembangunan telah merugikan kaum perempuan. Mereka menjadi miskin dan temarginal. Pesatnya pembangunan menyebabkan tersingkirnya tenaga kerja perempuan ke sektor-sektor marginal karena perempuan tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup memadai seiring dengan laju pembangunan (Astuti, 2008 : 42).
Marginalisasi/peminggiran adalah kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin dari arus/pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan. Mayoritas ibu rumah tangga di Desa Citorek berpendidikan rendah dan tidak memiliki ketrampilan yang tinggi. Hal tersebut memaksa mereka bekerja sebagai buruh tani, karena hanya pekerjaan sebagai buruh tani tersebut yang dapat para ibu rumah tangga tersebut lakukan untuk menambah penghasilan. Hal tersebut merupakan bentuk marginalisasi terhadap perempuan karena ibu-ibu rumah tangga tersebut hanya dapat bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan rendah akibat mereka berpendidikan rendah dan tidak memiliki ketrampilan yang tinggi. Buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah (Ali, 2002 : 180).










BAB IIII
PENUTUP

Kesimpulan
·         Motivasi perempuan pedesaan untuk bekerja pada umumnya untuk menambah pendapatan keluarga
·         Pada umumnya keluarga atau suami mendukung peran ganda pada perempuan atau istri
·         Tingkat pendidikan dan curahan jam kerja sangat berpengaruh terhadap pendapatan perempuan





















DAFTAR PUSTAKA

·         Novia, dina. Jurnal Analisis Sosial Ekonomi Peranan Perempuan di Pedesaan. Malang, 2007
·         Goode, William J. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara, 2007
·         http://mbaawoeland.blogspot.co.id/2011/12/peran-ganda-perempuan.html